Belajar dari orang gila


Namaku Saliman, mengganti oli, aki dan shockbreaker adalah pekerjaanku sehari-hari. Yah walau bengkelnya tidak terlalu besar namun kata bos harus selalu bersih. Ya begitulah bengkel yang baik, bahkan lantainya harus sekelas Indomart dan Alfamart. Hemmm saya rasa itu sesuatu yang berlebihan untuk bengkel. Saya mengeluh (dalam hati). 

Lantai bersih masih entenglah untuk sekelas saya yang suka mengeluh tapi tetap rajin hehe. Namun ada tambahan lain kata bos, " baju, tangan dan badan harus wangi ". Buset dah bos, dalam hati (kerja di bengkel seperti di bank saja). Saya walau selalu bergumam,karena tambah mengeluh dihati ini. Namun tetap saja saya hanya seorang mekanik yang harus selalu mengatakan"iya boss, siap boss, dan beres boss, laksanakan boss, okey boss, joss boss), biar boss senang hati tenang, dan aman pastinya hehe. 

Itu adalah hari-hariku yang selalu bersih dan rapih walau bekerja disebuah bengkel kecil dengan teman-teman yang rajin juga. Yah saya sendiri kan orangnya rajin (bohong), yah tentu saya tidak mau kalah dengan teman-teman yang lainnya. Meski belum 100% saya suka dengan peraturan yang super seperti ini. 

Bayangkan ketika ada mobil, ganti oli, tangan kotor, badan berkeringat, dan bahkan baju sampai kotor. Kemudian melayani pelanggan sebagai kasir, saya harus cuci tangan terlebih dahulu, wah repotnya minta ampun. Cuci tangan selalu, bercermin setiap saat agar tetap tamvan, hehe. Sungguh repot, jujur saya mengeluh. 

Singkat cerita 2,5 tahun telah saya lalui dibengkel yang letaknya di grogol, dan akhirnya ya saya dilempar/dipindah ke Tangerang,tepatnya Pondok Kacang. Disini tempatnya memang sangat bersih, wah tambah berat lagi in menjaganya, ( ingat mempertahankan lebih barat daripada menggapainya). Saya masih 80% setuju, 20% tidak setuju. Kalau ini bank atau restauran saya pasti 100% setuju dengan peraturan yang ketat ini (slow tidak perlu ngegas). 

Namun suatu siang.....

Siang hari yang sepi dibengkel boss saya, tidak ada mobil masuk (bayangkan). Kan jadinya saya merasa ngantuk, memang tanpa mobil masuk baju tetap bersih namun tidak ada penjualan, mampus kalau saya tidak dapat gajih dong, hehe. 

Disiang itu saya mencoba memandang kearah jalan raya yang ramai. Tuhkan ramai (iya jalanannya yang ramai, bengkelnya enggak). Saya ngobrol dengan tukang sapu sebelah bengkel boss, dan selang beberapa menit ada orang datang dan mungutin sampah. Saya terheran-heran kenapa siang-siang gini ada orang mungutin sampah dan bukan petugas lagi, kelihatan si dari pakaiannya yang kusut. Orangnya bisa dibilang bapak-bapak dan tidak terlalu tua, masih berenergilah. 

Itu siapa? (tanya saya kepada tukang sapu tadi)

Dan saya terkejut katanya dia adalah orang gila. Hemmm kemudian saya ingin tahu kenapa dia menjadi gila. 

Kembali kemasa lalu...

Dahulu bapak itu ke Tangerang dengan pakaian sangat rapih, dan tidur didepan toko seberang toko boss saya. Pakaiannya sangat rapih, berdasi dan bersepatu seperti pegawai kantoran, tak lupa membawa koper. Saya tidak tahu tepatnya mengapa bapak-bapak itu menetap disitu, emperan toko dengan pakaian serapih itu. Mungkin dia habis di PHK oleh bossnya, dan tidak berani pulang kerumah. 

Suatu malam bapak itu tidur diemperan toko, dan saat tidur ada orang jahat mengambil tasnya dan sepatu, bahkan jassnya. Pagi harinya bapak itu kebingungan dan tak tahu harus bagaimana, sudah bingung malah tambah bingung lagi harus ngapain. Dia hanya mempunyai satu pakaian yang dikenakannya, sungguh kasian. 

Kemudain hari demi hari berlalu bapak itu kelihatan semakin stress, dan mungkin sangat kelaparan, sudah begitu tidak pernah mandi. Satu dua hari berlalu kembali dan tak ada orang yang peduli, bapak itu semakin kusut dan kotor karena tidak pernah mandi dan tidak pernah ganti baju. 

Dalam keputus asaan hingga sampai akhir batas sadar, dan selangkah sebelum gila bapak itu memunguti sampah yang ada disekitar emperan toko. Dalam setengah sadar dan mungkin sudah tidak waras dia korbankan untuk memungut sampah tanpa ada orang yang peduli bahkan memberi uang untuknya. 

Hari-hari setengah sadar telah berlalu hingga dia mendai tidak sadar sepenuhnya ( orang gila ). Namun dia telah membiasakn untuk bersih. Setiap hari dia memungut sampah dari ujung ke ujung jalan, bahkan sampah di depan toko boss saya juga ikut diambilnya. Itu berlangsung sudah cukup lama, sebelum saya siditu. 

Hemmmm...

Setelah mendengar cerita dari tukang sapu sebelah, saya termenung dan rasanya ingin menangis mendengar cerita tersebut. Tak terbayangkan seperti apa keluarganya dirumah yang menantinya, atau bahkan mencarinya. Dan saya merasakan pukulan yang berarti dari kisah itu, betapa berunutngnya hidupku, masih ada yang mengingatkan tentang kebersihan. Mulai saat itu hatiku menjadi 100% setuju dengan kebersihan, walau tempat kerjaku disebuah bengkel. Dan semenjak itu pula saya tidak pernah lagi keberatan dengan yang namanya kebersihan. 

Ceritapun selesai, keesokan harinya benar sekali pas bapak itu mengambil sampah didepan toko, saya yang melihatnya merasa sedih dan iba. Selembar uang 2000 saya kasih setiap saya melihat bapak itu mengambil sampah. Selama 2 bulan seperti itu, hingga akhirnya saya tak pernah melihatnya lagi. Karena saya dipindah kerja di Jombang. 



Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Belajar dari orang gila "

  1. Nice, saya ikut tersentuh membaca cerita di atas, dari kisah orang lain dapat membuat kita jadi tersentuh dan menginspirasi kita untuk pembelajaran nilai penting dan berharga yang tidak bisa dilupakan.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, wah berarti mas jeffry berhasil dan mempunyai nilai sastra tinggi, apa yang saya rasakan ternyata mas jeffry mengerti. sukses untuk mas Jeffry

      Delete